Sejarah

Gereja Masa Belanda – Masa Nederlandse Zendeling Genootschap (1814-1860)

b.    Masa Nederlandse Zendeling Genootschap (1814-1860)

Pada abad XVII di Eropa barat muncul segolongan orang yang mementingkan saleh, sederhana, beribadat, mempelajari kitab suci serta giat mengajarkan pekabaran Injil. Aliran baru ini terkenal dengan nama Pietisme. Salah satu dari persekutuan PI di Indonesia dan di Timor adalah Nederlandse Zendeling Gennotschap (NZG) yang didirikan tanggal 19 desember 1799, tahun dimana VOC dibubarkan. NZG itu memainkan peranan yang sangat penting di pulau Timor selama lebih kurang 40 tahun , tetapi di Sabu jauh lebih lama.

Cara NZG berbeda dengan Oud Hollandse Zending. Dengan sadar NZG tidak mau melanjutkan propaganda gerakan atau ajaran tertentu, supaya dengan jalan itu mendirikan suatu tipe gereja yang tertentu. Yang ia mau lakukan ialah hanya mengajarkan prinsip-prinsip agama Kristen yang benar kepada orang-orang kafir.

Tenaga NZG yang pertama ialah Dws. R. Le Bruyn. Ia tiba di Kupang pada tahun 1819. Dikarenakan keadaan daerah yang buruk dan fisiknya lemah, maka sepuluh tahun kemudian ia meninggal dunia yakni 21 Mei 1929. Walaupun demikian hasil karyanya tetap cemerlang di Timor.

  1. Yang dikerjakan oleh Ds. R. Le Bruyn sbb:
  2. Mengunjungi anggota jemaat di sekitar Kupang dan Babau, terletak 16 km dari Kupang.
  3. Menterjemahkan thalil ke dalam bahasa Melayu.
  4. Mengarang buku-buku yang berguna bagi PI.
  5. Mendirikan lembaga Alkitab Hindia Belanda.
  6. Mengumpulkan orang untuk memperbaiki gedung gereja Kupang yang sudah ditinggalkan sejak 1797.
  7. Membagi waktu untuk mengunjungi jemaat-jemaat di Rote dan Kisar, yang dilayani dari Kupang juga.
  8. juga mengabarkan Injil dikalangan budak yang banyak memberi hasil dan kadang-kadang melalui budak-budak ini tuan-tuannya dapat ditarik kepada Kristus.
  9. Ia membuka lagi sekolah-sekolah yang sudah ditutup di Kupang dan Rote.
  10. Dengan bantuan Residen Hessert dapat dibangun satu rumah piatu.

Pendeta-pendeta selanjutnya yang dikirim dari Belanda meneruskan pekerjaan NZG. Ada yang berhasil, ada yang tidak, ada yang harus cepat pulang karena sakit, dan ada yang meninggal dunia. Guru-guru sekolah, ada yang merangkap sebagai guru jemaat dan dididik di Kwekschool di Ambon. Oleh karena itu, “pola Ambon” sangat mempengaruhi jemaat-jemaat dan kehidupan di Timor. Sama seperti di Ambon dan Minahasa, juga di Timor bahasa Melayu dianggap dan dipakai sebagai bahasa gereja dan bahasa sekolah resmi.

Share Postingan Ini...