Renungan ini dikhotbahkan oleh Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo dalam Kebaktian Akhir Tahun 2019 di Jemaat GMIT Kota Baru pada Selasa (31/12/2019)
Bobot kehidupan seseorang adalah apabila ia memberi buah. Itulah intisari dari perumpamaan Yesus tentang pokok anggur. Tidak penting berapa lama usia seseorang, yang terpenting adalah di usia yang dijalaninya, ia memberikan buah. Tuhan membutuhkan buah, betapa pun kecil dan tidak elok, itu adalah buah yang memperindah kehidupan dalam kerajaan Allah. Setiap kita dengan berbagai latar belakang juga menginginkan memiliki hidup yang menjadi berkat yaitu hidup yang membuahkan kebaikan bagi sesama dan tentu saja bagi Tuhan. Pertanyaannya, buah seperti apakah yang sudah kita hasilkan? Ataukah hidup kita belum berbuah sama sekali?
Dalam perumpamaan tentang pokok anggur, Yesus menunjukkan dua rumus untuk memiliki hidup yang berbuah. Pertama, anggur barulah bisa berbuah kalau ranting dan seluruh daunnya dikerat atau dipotong. Pemupukan dan penyiraman diperlukan untuk kesuburan tanaman anggur, tetapi untuk berbuah maka keseluruhan tanaman harus mengalami proses pengeratan. Bagi tanaman anggur, pembersihan ranting dan pengeratan cabang bersama daun-daun tentu merupakan kejadian yang menyakitkan karena mengakibatkan adanya luka pada batang dan dahan. Proses penyembuhannya pun berlangsung lama.
Saat mengalami kemalangan, ditimpa kesulitan, berhadapan dengan kegagalan atau bahkan doa untuk sebuah harapan tidak terkabul, tentulah menimbulkan sakit, kepahitan bahkan depresi. Kita mulai meragukan kemahakuasaan Tuhan. Kita mulai kecewa dan marah kepada Tuhan. Jika memang itu yang terjadi dengarlah apa kata Yesus dalam perumpamaan tadi. Rumus pertama untuk berbuah adalah pemangkasan dan pembersihan.
Merasa kecewa dan marah kepada Tuhan karena kebuntuan dan bukan keberuntungan memang manusiawi, tetapi jangan lupa kalau itu merupakan rumus pertama untuk memiliki hidup yang berbuah. Tuhan terpaksa memberikan kopi pahit itu untuk menghentikan sebuah keburukan atau untuk membuat kita banting stir. Bolehlah kecewa dan menjadi marah kepada Tuhan seperti Nabi Yunus, tetapi ingatlah bahwa itu merupakan fase pertama yang berfaedah supaya hidup kita berbuah.
Rumus kedua untuk berbuah ditegaskan Yesus dengan kalimat: “Jika kamu tinggal di dalam Aku dan Aku tinggal di dalam kamu.” Kalimat ini berisi penegasan kembar: Yesus dalam kita, kita dalam Yesus. Lebih dari 3 kali penegasan itu dibuat Yesus. Abraham dan Sarah kecewa dan marah karena kerinduan mereka untuk memiliki seorang anak tidak terpenuhi. Sarah mengusulkan bertindak di luar Tuhan dan pada akhirnya mereka mendapatkan seorang anak tetapi hidup mereka disusul masalah yang lebih pelik. Menolak untuk tidak tinggal di dalam Tuhan dan Tuhan tidak tinggal di dalam kita memang kadang memberikan keberuntungan dan cita-cita bisa diraih, tetapi waspadalah karena keberuntungan itu semu, hanya kelihatannya saja beruntung.
Buah dari kehidupan yang sejati hanya diperoleh kalau dua hal kembar itu dijalani secara konsisten yaitu Yesus tinggal di dalam kita dan kita tinggal di dalam Yesus. Kalau hanya Yesus yang tinggal di dalam kita, sedangkan kita tidak mau tinggal di dalam Yesus, maka buah yang kita hasilkan pasti sepat, semu, hanya kelihatannya saja berbuah. Begitu juga sebaliknya, kalau kita di dalam Yesus tetapi tidak memberi ruang dan waktu bagi Yesus untuk tinggal di dalam kita maka hidup kita pasti berbuah tetapi buah itu tidak bertahan lama.
Tahun 2019 akan segera berlalu. Allah memberikan kita tahun itu supaya hidup kita berbuah. Kalau kemalangan dan kepahitan yang menjadi bagian kita di tahun 2019 dan hal itu membuat kita kecewa dan marah kepada Tuhan, janganlah kekecewaan dan kemarahan itu membuat kita mengambil route menjauh dari Tuhan, tetapi ingatlah bahwa itu adalah rumus pertama untuk berbuah asalkan kita susul dengan rumus kedua yaitu menjadikan kemalangan dan kepahitan hidup itu sebagai satu moment untuk mengundang Tuhan tinggal di dalam kita dan kita mempercayakan hidup kita ke dalam rancangan Tuhan. Kalau itu yang kita lakukan, bersiap-siaplah untuk menghitung berkat Tuhan di tahun 2020 yaitu hidup yang berbuah manis dan buah itu tetap. Amin
Dirangkum oleh: Desy Kharisni Jeni Lero, S.Si-Teol., M.Si