Ringkasan Khotbah

Ujian atau Pencobaankah? (Matius 4:1-11)

Diposkan pada

Renungan ini dikhotbahkan oleh Pdt. Marthina J. Hawu – Muni, S.Th dalam kebaktian Minggu Sengsara Yesus Kristus yang pertama di Jemaat GMIT Kota Baru pada Minggu (23 Februari 2020)

Injil Matius menceritakan bahwa sebelum Yesus memulai seluruh pelayananNya yang berawal dari Galilea, Dia harus mengalami pencobaan di Padang Gurun. PengalamanNya ini mengajarkan beberapa hal kepada kita:

1. Jangan pernah menggantungkan hidup pemberian Tuhan pada hal-hal yang bersifat sementara (ay. 3-4)

Setelah berpuasa 40 hari dan 40 malam maka laparlah Yesus. Dia menyentuh sisi kemanusiaanNya sedangkan iblis menyentuh sisi ke-Allah-an dengan mengatakan “jika Engkau Anak Allah perintahkanlah batu-batu ini menjadi roti”. Seolah-olah iblis mau bilang bahwa “sekarang Engkau lapar dan cara yang paling mudah dan cepat adalah memakai kuasa-Mu untuk merubah batu-batu ini menjadi roti.” Tetapi Yesus menjawab “manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah.”

Manusia membutuhkan makanan dan hal-hal jasmani lainnya (status, kekayaan, dsb) namun semua ini bukanlah segala-galanya. Kita hidup bukan hanya dari hal-hal jasmani tetapi dari Firman Tuhan. Iblis selalu menggunakan strateginya supaya manusia menjadikan hal-hal jasmani sebagai yang utama. Dan inilah yang kita hadapi sekarang. Kita hidup dalam masyarakat yang menerapkan pola pikir “jalan pintas” yang gampang dan cepat meskipun hal itu tidak sesuai kehendak Tuhan.

Orang kaya di Injil Lukas disebut bodoh bukan karena dia kaya tetapi dia disebut bodoh karena dia mempercayakan hidup pemberian Tuhan pada kekayaan dan akhirnya dia kehilangan nyawa dan semua yang dia miliki. Oleh karena itu, gantungkanlah hidup kita kepada Sang Pemberi Kehidupan, Yesus Kristus Tuhan.

2. Jangan memaksa Tuhan untuk menolong kita menurut cara dan waktu kita (ay. 5-7)

Yang ditawarkan iblis pada pencobaan kedua adalah demonstrasi mujizat yang spektakuler. Banyak pengikut Kristus yang sering memaksa Tuhan untuk menolongnya secara ajaib. Ayat 6b merujuk pada Mazmur 91:11-12 yang dipakai iblis untuk mencobai Yesus. Tetapi Yesus menjawab iblis “jangan mencobai Tuhan Allahmu”.

Sebenarnya Yesus mau bilang bahwa Firman Tuhan disampaikan bukan untuk mengontrol Tuhan dan memaksaNya untuk melakukan mujizat sesuai kehendak kita. Firman Tuhan bukan untuk diuji melainkan untuk dipercaya supaya manusia belajar berharap & mempercayakan diri kepada Tuhan. Biarkan Tuhan menolong kita dengan cara dan waktuNya. Saat kita memaksa Tuhan dengan menggunakan FirmanNya, maka disitulah kita sedang meragukan kuasa Tuhan.

3. Jangan menggeser kedudukan Tuhan sebagai yang utama dalam hidup kita (ay. 8-11)

Saat iblis menawarkan kepada Yesus untuk memberikan semua kerajaan beserta kemegahannya di bumi apabila Yesus sujud menyembahnya, Yesus berkata kepadanya bahwa engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti.”

Yesus menyadari bahwa sebelum Dia dicobai di Padang Gurun, Dia dibaptis di Sungai Yordan dan dalam baptisan itu terdengar proklamasi dari Sorga “inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan”. Yesus tahu dengan benar bahwa Dia adalah Anak Allah dan satu-satunya hal yang harus Dia lakukan adalah taat kepada BapaNya.

Pada pasal terakhir Injil Matius, Yesus berkata “kepada-Ku diberikan segala kuasa di sorga dan bumi.” Hal ini terjadi karena ketaanNya kepada Bapa. Iblis menawarkan kerajaan dan kemegahan di bumi tetapi saat Yesus Kristus taat kepada BapaNya, Dia tidak hanya diberi kuasa di bumi tetapi juga di sorga.
Jadi, jangan pernah menggeser kedudukan Tuhan sebagai yang terutama dalam hidup kita.

Banyak hal yang bisa kita jadikan alasan untuk menggeser kedudukan Allah tetapi mari kita belajar dari Yesus yang lebih memilih jalan salib, jalan ketaatan kepada Bapa dan terus belajar utk mengalahkan diriNya sndiri. Kunci kemenangan Yesus ada pada fokusNya padaFirman Tuhan. Oleh karena itu, ketika iblis mencobaiNya, Yesus selalu menanggapinya dengan mengatakan “ada tertulis” dan Dia berhasil memenangkan pergumulanNya. Ini inspirasi bagi kita untuk berjaga-jaga dan berdoa supaya jangan jatuh dalam pencobaan. Amin

Dirangkum oleh: Desy Kharisni Jeni Lero, S.Si-Teol., M.Si

Share Postingan Ini...
Ringkasan Khotbah

Pengelolaan dan Pelayanan Gereja (I Tawarikh 23:1-6)

Diposkan pada

Renungan ini dikhotbahkan oleh Pdt. Yandi Manobe, S.Th dalam Kebaktian Ekspresif di Jemaat GMIT Kota Baru pada Minggu (16 Februari 2020) pkl. 17.00 WITA

Ada dua alasan yang membuat pengelolaan dan pelayanan gereja itu penting dan harus dilakukan dengan penuh komitmen:

1. Karena Allah yang menyelenggarakan kehidupan peribadahan kita

Saat bangsa Israel keluar dari Mesir dan mengembara di Padang Gurun, Allah menyuruh mereka membuat Tabernakel (kemah pertemuan/kemah suci yang dapat dipindahkan) agar Allah berdiam dalam kehidupan mereka. Tabernakel ini tidak dibiarkan begitu saja tetapi dikelola oleh suku Lewi. Gerson, Kehat dan Merari adalah keturunan Lewi yang dipilih Allah untuk mengurus Tabernakel (Bil. 3:14-37). Masing-masing bertanggung jawab atas tugasnya supaya bangsa Israel dapat beribadah kepada Allah dalam suasana yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya bukan diri kita yang menyelenggarakan ibadah untuk Tuhan tetapi Tuhanlah yang menyelenggarakan ibadah untuk kita. Oleh karena itu, seluruh aktifitas pelayanan harus dikelola bukan saja ibadahnya tetapi administrasinya juga harus dikelola karena setiap orang yang terlibat dalam proses peribadahan berarti dia sedang melangsungkan tugas pelayanan dengan otoritas Tuhan untuk memberitakan kebenaran berdasarkan kehendak Tuhan bukan kehendak diri sendiri.

Dengan demikian, baik para pemimpin gereja maupun jemaat harus tunduk pada aturan pengelolaan pelayanan yang berlaku supaya tidak ada yang merasa dirinya lebih utama dan yang lain diabaikan. Kristus adalah Kepala Gereja dan kitalah anggota-anggota tubuhNya. Tidak ada satupun anggota tubuh yang lebih penting dari anggota tubuh yang lain. Semuanya saling melengkapi dan layak mendapatkan perhatian yang sama. Pengelolaan pelayanan yang baik dan komitmen untuk menaatinya mengajarkan kita untuk mengatur pelayanan secara merata karena semua anggota tubuh Kristus (jemaat) berhak mendapatkan pelayanan yang baik dari Allah.

2. Karena kita adalah bagian dari masyarakat yang harus memberi dampak positif. Itulah buah Kekristenan

Pada masa kepemimpinan raja Daud, dia memberi landasan spiritual dalam kehidupan bangsa Israel yang sekaligus mempengaruhi kehidupan politik mereka. Kedua hal ini saling mempengaruhi karena umat yang beribadah disebut juga sebagai warga kerajaan. Kita disebut sebagai jemaat Tuhan sekaligus sebagai masyarakat. Oleh karena itu, kehidupan kita sebagai jemaat Tuhan diharapkan memberi dampak bagi kehidupan berbangsa dan bernegara yang penataannya dimulai dari gereja.

Namun, untuk memberikan dampak positif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Penelitian membuktikan bahwa orang yang hidup 70 tahun lebih banyak menghabiskan waktunya untuk hal-hal di luar peribadahan. Mereka menghabiskan 23-30 tahun untuk tidur, 16 tahun untuk bekerja, 8 tahun untuk nonton, 6 tahun untuk jalan-jalan, 6 tahun untuk makan, 4½ tahun untuk bersantai, 4 tahun untuk sakit yang ringan, 2 tahun untuk berdandan dan hanya 6 bulan untuk beribadah. Penelitian ini menunjukkan bahwa kita belum mengelola kehidupan kita dengan baik sehingga hanya 6 bulan dari total usia kita yang dihabiskan untuk Tuhan dan akibatnya kehidupan peribadahan kita tidak mampu memberi dampak positif bagi orang lain. Hampir semua pemimpin daerah NTT beragama Kristen tetapi NTT menduduki peringkat ke-4 di Indonesia untuk kasus korupsi. Itu artinya, peribadahan kita belum memberi dampak positif.

Daud mengelola pelayanan di Bait Allah melalui 38.000 orang Lewi yang ditugaskan sebagai pengawas pekerjaan di rumah Tuhan, pengatur dan hakim, penunggu pintu gerbang serta para pemuji dan pemain musik agar kepemimpinan Allah tetap mereka alami bukan saja pada saat beribadah tetapi juga di luar peribadahan mereka melalui pengakuan yang benar akan Allah.

Kehidupan peribadahan kita terdiri dari dua bagian yaitu ibadah liturgis (kebaktian minggu, Ibadah Rumah Tangga, Ibadah Kategorial, dsb) dan ibadah raya kehidupan (cara hidup pengikut Kristus dalam kehidupannya sehari-hari). Pengelolaan pelayanan gereja seharusnya diarahkan untuk membangun dan menghidupkan Teokrasi (Kepemimpinan Allah) dalam ibadah liturgis dan ibadah raya kehidupan kita karena melalui kepemimpinan Allah, gereja akan tiba pada pengakuan bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya karena Allah yang berkarya. Gereja yang terus bergantung pada manusia, yang kehidupan pelayanannya dikelola bukan untuk menumbuhkan Teokrasi (Kepemimpinan Allah) akan mengalami kegagalan. Gereja harus bergantung pada Allah karena kepemimpinan Allah yang kita bawa dalam persekutuan ini.

Pengelolaan pelayanan untuk membangun dan menghidupkan Teokrasi (Kepemimpinan Allah) juga harus disambut oleh jemaat yang beribadah dengan sikap yang memperlihatkan Tuhan dalam hidupnya bagi orang lain. Itulah ibadah raya kehidupan. Setiap berkat yang kita peroleh dari Allah tersimpan berkat orang lain yang perlu kita bagikan. Jika kehidupan kita belum menjadi berkat bagi orang lain, maka itu berarti bahwa kehidupan peribadahan kita belum berdampak. Jemaat harus merendahkan diri dan menaruh perhatiannya pada Terang Kristus agar pengelolaan dan pelayanan gereja berjalan baik dan memberi dampak positif bagi banyak orang demi kemuliaan Tuhan. AMIN

Dirangkum oleh: Desy Kharisni Jeni Lero, S.Si-Teol., M.Si


Full Video Kebaktian

Share Postingan Ini...
Ringkasan Khotbah

Rumus untuk Hidup yang Berbuah (Yohanes 15 : 1 – 8)

Diposkan pada

Renungan ini dikhotbahkan oleh Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo dalam Kebaktian Akhir Tahun 2019 di Jemaat GMIT Kota Baru pada Selasa (31/12/2019)

Bobot kehidupan seseorang adalah apabila ia memberi buah. Itulah intisari dari perumpamaan Yesus tentang pokok anggur. Tidak penting berapa lama usia seseorang, yang terpenting adalah di usia yang dijalaninya, ia memberikan buah. Tuhan membutuhkan buah, betapa pun kecil dan tidak elok, itu adalah buah yang memperindah kehidupan dalam kerajaan Allah. Setiap kita dengan berbagai latar belakang juga menginginkan memiliki hidup yang menjadi berkat yaitu hidup yang membuahkan kebaikan bagi sesama dan tentu saja bagi Tuhan. Pertanyaannya, buah seperti apakah yang sudah kita hasilkan? Ataukah hidup kita belum berbuah sama sekali?

Dalam perumpamaan tentang pokok anggur, Yesus menunjukkan dua rumus untuk memiliki hidup yang berbuah. Pertama, anggur barulah bisa berbuah kalau ranting dan seluruh daunnya dikerat atau dipotong. Pemupukan dan penyiraman diperlukan untuk kesuburan tanaman anggur, tetapi untuk berbuah maka keseluruhan tanaman harus mengalami proses pengeratan. Bagi tanaman anggur, pembersihan ranting dan pengeratan cabang bersama daun-daun tentu merupakan kejadian yang menyakitkan karena mengakibatkan adanya luka pada batang dan dahan. Proses penyembuhannya pun berlangsung lama.

Saat mengalami kemalangan, ditimpa kesulitan, berhadapan dengan kegagalan atau bahkan doa untuk sebuah harapan tidak terkabul, tentulah menimbulkan sakit, kepahitan bahkan depresi. Kita mulai meragukan kemahakuasaan Tuhan. Kita mulai kecewa dan marah kepada Tuhan. Jika memang itu yang terjadi dengarlah apa kata Yesus dalam perumpamaan tadi. Rumus pertama untuk berbuah adalah pemangkasan dan pembersihan.

Merasa kecewa dan marah kepada Tuhan karena kebuntuan dan bukan keberuntungan memang manusiawi, tetapi jangan lupa kalau itu merupakan rumus pertama untuk memiliki hidup yang berbuah. Tuhan terpaksa memberikan kopi pahit itu untuk menghentikan sebuah keburukan atau untuk membuat kita banting stir. Bolehlah kecewa dan menjadi marah kepada Tuhan seperti Nabi Yunus, tetapi ingatlah bahwa itu merupakan fase pertama yang berfaedah supaya hidup kita berbuah.

Rumus kedua untuk berbuah ditegaskan Yesus dengan kalimat: “Jika kamu tinggal di dalam Aku dan Aku tinggal di dalam kamu.” Kalimat ini berisi penegasan kembar: Yesus dalam kita, kita dalam Yesus. Lebih dari 3 kali penegasan itu dibuat Yesus. Abraham dan Sarah kecewa dan marah karena kerinduan mereka untuk memiliki seorang anak tidak terpenuhi. Sarah mengusulkan bertindak di luar Tuhan dan pada akhirnya mereka mendapatkan seorang anak tetapi hidup mereka disusul masalah yang lebih pelik. Menolak untuk tidak tinggal di dalam Tuhan dan Tuhan tidak tinggal di dalam kita memang kadang memberikan keberuntungan dan cita-cita bisa diraih, tetapi waspadalah karena keberuntungan itu semu, hanya kelihatannya saja beruntung.

Buah dari kehidupan yang sejati hanya diperoleh kalau dua hal kembar itu dijalani secara konsisten yaitu Yesus tinggal di dalam kita dan kita tinggal di dalam Yesus. Kalau hanya Yesus yang tinggal di dalam kita, sedangkan kita tidak mau tinggal di dalam Yesus, maka buah yang kita hasilkan pasti sepat, semu, hanya kelihatannya saja berbuah. Begitu juga sebaliknya, kalau kita di dalam Yesus tetapi tidak memberi ruang dan waktu bagi Yesus untuk tinggal di dalam kita maka hidup kita pasti berbuah tetapi buah itu tidak bertahan lama.

Tahun 2019 akan segera berlalu. Allah memberikan kita tahun itu supaya hidup kita berbuah. Kalau kemalangan dan kepahitan yang menjadi bagian kita di tahun 2019 dan hal itu membuat kita kecewa dan marah kepada Tuhan, janganlah kekecewaan dan kemarahan itu membuat kita mengambil route menjauh dari Tuhan, tetapi ingatlah bahwa itu adalah rumus pertama untuk berbuah asalkan kita susul dengan rumus kedua yaitu menjadikan kemalangan dan kepahitan hidup itu sebagai satu moment untuk mengundang Tuhan tinggal di dalam kita dan kita mempercayakan hidup kita ke dalam rancangan Tuhan. Kalau itu yang kita lakukan, bersiap-siaplah untuk menghitung berkat Tuhan di tahun 2020 yaitu hidup yang berbuah manis dan buah itu tetap. Amin

Dirangkum oleh: Desy Kharisni Jeni Lero, S.Si-Teol., M.Si

Share Postingan Ini...
Ringkasan Khotbah

Belajar dari Maria – Kesederhanaan dan Kerendahan Hati

Diposkan pada

Belajar dari Maria : Kesederhanaan dan Kerendahan Hati

Lukas 1:26-38

Oleh: Pdt. Judith Nunuhitu-Folabessy, M.Si

 

Kelahiran Yesus adalah hal yang sangat dinanti-nantikan. Dan hal ini merupakan berkat bagi seluruh umat manusia karena melalui kelahiranNyalah seluruh umat boleh mendapatkan karya penyelamatan. Mari kita lihat bagaimana proses penyelamatan itu terjadi;

  1. Allah yang berinisiatif

      Ketika Allah melihat manusia telah jatuh kedalam dosa dan kehilangan kemuliaan Allah maka Allah berinsiatif untuk mengutus anaknNya yang tunggal ke dunia untuk menyelamatkan dunia.  Kemudian Allah mewujudkannya dengan mengirim malaikat kepada maria untuk menyatakan maksud Allah terhadap dirinya dan dunia ini.  

  1. Allah menyeleksi

Ada proses yang mendahului sebelum Maria diputuskan untuk menjadi saluran berkat Allah. Ada sebuah pengamatan dan juga seleksi yang cukup ketat sampai akhirnnya Marialah yang dipilih. Kalau kita lihat dari salam yang malaikat kepada Maria maka kita akan mendapati beberapa hal yang menjadi keunggulan Maria. (1) dikenal Tuhan (salam bagi engkau yang dikaruniai), (2) perawan – kekudusan.

  1. Allah memberikan kehendak bebas (free will)

Di dalam melaksanakan misiNya, Allah selalu memberikan kehendak bebas bagi manusia untuk memilih. Saat memilih Maria, dimata Allah ia lolos seleksi tetapi Maria tetap diberikan kehendak bebas untuk menerimanya atau tidak. Dan didalam kehendak bebasnya, Maria memilih untuk taat kepada apa yang Allah rancangkan dalam hidupnya pada saat ia berkata; ‘sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.’

Semua proses ini terjadi untuk menyambut kelahiran seorang yang istimewa. Anak Allah yang maha tinggi. Ia lah raja untuk selamanya dan kerajaanNya tidak akan berkesudahan. Ia kudus. Namanya Yesus. Kalau demikian maka kita tahu bahwa persiapan-persiapan yang kita lakukan dalam masa Adven ini adalah persiapan untuk menyambut sang raja yang kudus dan maha tinggi yaitu Yesus.

Kalau Maria dipilih karna kekudusan hidup dan pengenalannya akan Allah maka hal yang samapun akan diukurkan bagi kita semua. Kitapun harus mengisi masa Adven ini dengan menjaga kekudusan hidup sebagai umatNya dan teruslah bertekun didalam pengenalan akan Allah sehingga pada akhirnya kita menjadi orang-orang yang di sebut berbahagia.

Tuhan Yesus memberkati.

Share Postingan Ini...
Ringkasan Khotbah

Menanti dalam Hikmat

Diposkan pada

MENANTI DALAM HIKMAT

Matius 25:1-13

Oleh: Pdt. Judith Nunuhitu-Folabessy, M.Si

 

Penginjil Matius memulai perikop ini dengan sebuah pernyataan “pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama…” hal ini ingin menjelaskan bahwa perikop ini adalah salah satu perumpamaan tentang kerajaan sorga.  Ada 2 sikap yang ditunjukkan tentang hal itu, yaitu sikap gadis-gadis yang bijaksana dan sikap gadis-gadis yang bodoh dalam menyongsong mempelai laki-laki.

Mereka bersama-sama dalam proses ini, tetapi gadis-gadis bodoh hanya membawa pelita dan tidak membawa minyak sedangkan gadis-gadis bijaksana membawa pelita beserta minyak dalam buli-buli mereka.

Ternyata menantikan sang mempelai butuh waktu yang cukup lama sehingga mengantuklah mereka dan tertidur. Pada waktu tengah malam barulah terdengar suara : mempelai datang! Songsonglah Dia! Merekapun terbangun dan bersiap-siap. Tetapi minyak gadis-gadis bodoh habis sehingga mereka harus membelinya dan akhirnya mereka tidak bisa masuk dalam ruang jamuan kawin karna pintu telah ditutup saat mereka kembali. Mere ka coba mengetuk tapi sang tuan berkata; Aku tidak mengenal engkau.  Sedangkan gading-gadis bijaksana menikmati perta jamuan kawin yang sudah mereka tunggu-tunggu.

Perumpamaan ini ingin menolong kita untuk mengambil sikap dalam masa penantian akan ang mempelai yang akan menyambut kita dalam jamuan kawin kelak. Sikap kita hari ini akan menentukan apakah kita akan masuk dalam jamuan itu atau tidak.

Oleh akrena itu kita perlu belajar beberapa fakta tentang hari kedatangan Tuhan;

  1. Waktu itu akan tiba tapi Kita tidak pernah tahu kapan waktu itu tiba, bahkan hari maupun masanyapun tidak (13b). Untuk sesuatu yang pasti dalam waktu yang tidak kita tahu maka sikap kita hanyalah berjaga-jaga.
  2. Menanti kedatangan Tuhan bisa membuat minyak kita habis dan pelita kita mati. Kalau demikian yang bisa kita buat selama masa penantian ini adalah bijaksana mengelolah hidup. Pelita kita harus menyala. Kita harus menjaga apinya. Karna itu pastikan minyak harus tetap ada. Kalau ada sumbu yang kotor, guntinglah segera. Sehingga api dalam pelita akan tetap menyala.
  3. Waktu itu datang begitu cepat. Persiapan hanya dilakukan sebelum waktu itu. Ketika tiba waktunya, kita hanya tinggal menyambut sang mempelai dan masuk dalam perjamuan itu. Kalau demikian jangan sia-siakan waktu yang terbatas ini. Pakai waktu anugerah Tuhan sebaik mungkin sehingga saat itu Ia akan berkata : masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan Tuanmu.

 

Tuhan Memberkati…!!!

SELAMAT MENGHAYATI MINGGU-MINGGU ADVENTUS &

SELAMAT MENYIAPKAN HATI MENYAMBUT YESUS

Share Postingan Ini...
Ringkasan Khotbah

Menanti Dalam Pertobatan

Diposkan pada

Thema : “Menanti Dalam Pertobatan”

(Markus 1:1-8)

Oleh: Pdt. JudithNunuhitu-Folabessy, M.Si

 

Menanti adalah hal yang banyak kali mewarnai kehidupan kita. Ketika berniat untuk menikah, kita menanti pasangan yang tepat. Ketika mendambakan keturunan, kita sabar menanti. Ketika ingin mendapat pekerjaan, kita menanti dengan setia, dsbnya. Artinya ada banyak aktivitas hidup kita yang kita lewati dengan menanti.

Hari ini untuk kesekian kalinya, kitapun masuk dalam masa penantian ADVEN. Masa Adven adalah masa di mana kita diajak untuk menatap ke depan. Jadi orang yang menanti adalah orang yang mengarahkan hati pada apa yang diharapkan akan terjadi.

Tetapi yang unik adalah, pada masa Adven tidak hanya mengajak kita menatap ke depan. Masa Adven juga mengajak kita menengok ke belakang. Merayakan Adven adalah menantikan apa yang masih akan terjadi, dan sekaligus memperingati apa yang telah terjadi. Merayakan Adven adalah menanti sekaligus memperingati Tuhan yang datang, yang dalam PL (kitab Yesaya) digambarkan sebagai Tuhan yang akan memberikan pembebasan dan penghiburan bagi umat yang sedang mengalami penderitaan.

Tuhan yang akan membebaskan umat dari penderitaan itu oleh Injil Markus disebut “Dia Yang Berkuasa” yang akan membaptis umat dengan Roh Kudus (Markus 1:7-8). Tuhan ini adalah Mesias, Yesus yang disebut Kristus, karena Dialah yang dipilih dan diurapi Allah menjadi Penyelamat dan Tuhan.

Lalu bagaimana caranya kita mengisi masa penantian ini?

  1. Mempersiapkan jalan bagi Tuhan.

Seruan ini sekaligus mengajak kita semua untuk menyiapkan atau merapikan hidup kita menyongsong kedatangan Sang Mesias. Kita harus terus mengarahkan hidup kita kepada perwujudan pengampunan, kasih, perdamaian dengan semua orang. Karna sang Mesias adalah raja damai.

  1. Bertobatlah dan Beri diri dibaptis

Kata “bertobat” yang dipakai disini artinya “berbalik”. “Berbalik” bukan menyangkut daya pikir atau “mengubah pikiran”, tetapi menyangkut manusia seutuhnya, pikiran, perasaan, sikap, dan cara hidup manusia. Tanda dari pertobatan itu adalah baptisan.

Oleh karena itu, marilah kita mengisi masa-masa penantian/adven dengan mempersiapkan jalan bagi Tuhan dan bertobatlah.

 

Tuhan memberkati !!!

Share Postingan Ini...
Ringkasan Khotbah

Pendidikan Iman dalam Jemaat

Diposkan pada

Pembacaan Alkitab : Lukas 2 : 41-52

Kisah Yesus pada umur 12 tahun dalam Bait Allah ialah kisah yang mengingatkan kita betapa pentingnya pendidikan iman dalam jemaat. Yusuf dan Maria  melakukan sebuah kebiasaan dalam hidup yakni : tiap-tiap tahun merka pergi ke Yerusalem untuk merayakan hari raya Paskah (ayat 41). Kebiasaan merayakan hari raya Paskah setiap tahun adalah bukti salah satu  upaya mewujudkan pendidikan iman dalam hidup berjemaat  (persekutuan). Kenyatan ini sebenarnya mendidik umat untuk taat dan secara terus menerus membiasakan dan mengajarkan makna perayaan hari raya Paskah bagi generasi ke generasi. Kerelaan berhimpun di Yerusalem sebagai pusat peribadatan umat dengan meninggalkan kesibukan hidup dan menempuh perjalanan yang tidak mudah dan jauh adalah bukti dari kesuksesan pendidikan iman umat.

Nilai pendidikan iman inilah yang kemudian dibuktikan oleh Yesus (sosok seorang anak yang berusia 12 tahun) mau dan rela duduk berlama-lama untuk mendengar apa yang diajarkan Ahli Taurat dan bertanya kepada mereka. Sikap mendengar dan  bertanya/berdialog adalah sikap yang sangat bermanfaat dalam pendidikan iman umat. Tidak hanya itu kerelaan para Alhi Taurat untuk mengajar dan berdialog dengan seorang anak adalah upaya melaksanakan pendidikan iman bagi umat. Demikianpun jawaban Yesus memiliki sarat makna pendidikan iman yakni kesediaan berada di rumah Tuhan dan penyerahan hidup pada Tuhan. Keputusan Yesus pulang bersama Yufuf dan Maria ke Nasaret memberikan keteladanan kasih seorang anak kepada orang tuanya. Pendidikan iman yang baik dan benar pada akhirnya berdampak pada kehidupan umat yang semakin mengagumkan bagi banyak orang bahkan dunia. Sama seperti Yesus, sosok yang berumur 12 tahun itu bertambah besar dan bertambah hikmatnya, dikasihi Tuhan dan sesama. Amin. **

Share Postingan Ini...
Ringkasan Khotbah

Pendidikan Iman dalam Keluarga

Diposkan pada

Pemb. Alkitab  :  Ulangan 6 : 1 – 9

Kitab ulangan melanjutkan kisah umat Allah yang sudah dimulai dalam kitab Keluaran. Dipenghujung masa tugas nabi Musa, ketika umat Israel hampir sampai dipenghujung perjalanan dan memasuki tanah perjanjian nabi Musa mengumpulkan umat itu, dan sekali lagi mengajar mereka serta mengingatkan kembali sejarah panjang perjalanan mereka khususnya perjalanan mereka bersama Tuhan. Nabi Musa menegaskan, pertama bahwa apa yang dia ajarkan itu adalah ketetapan dan peraturan yang diberikan oleh Tuhan sendiri, dan mereka harus perhatikan dan melakukannya dengan setia. Kedua yang menjadi titik perhatian adalah mereka harus “mengajarkannya” kepada anak-anak mereka. Pengajaran itu harus dilakukan berulang-ulang, dengan cara membicarakan dimana saja dan kapan saja.
Ulagan 6 : 1-9 sering disebut sebagai “Syema Yitsrael” panggilan umat Israel untuk mendengar dan melakukan firman Tuhan. Ayat ini penting bagi kehidupan beriman umat Israel. Mereka melafalkan syema 3 x sehari, dan tidak ada penyembahan pada hari sabat di rumah ibadah tanpa melafalkannya. Syema ini merupakan pengakuan iman monoteisme Israel yang paling mendasar.

Kesimpulan :

  1. Warga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Sebagai bagian dari masyarakat, ada proes berinteraksi melalui perjumpaan nilai-nailai yang baik dan jahat karena itu tugas keluarga untuk mengingatkan anak-anak sangatlah penting agar tidak terpengaruh dengan perkembangan zaman yang tidak menyenangkan hati Tuhan.
  2. Peran keluarga sebagai gereja mini adalah menjaga sikap moral etik yang berlandaskan pengajaran iman kristiani yang baik, guna mebentengi keluarga terhadap pengaruh negatif yang dapat merusak moralitas keluarga.
  3. Komitmen menjadikan keluarga sebagai basis keluarga pendididikan guna menyamaikan ajaran Tuhan sejak dini bagi anaka-anak secara terus menerus supaya pada masa tuanya tidak menyimpang dari ajaran Tuhan.
  4. Fokus pendidikan keluaraga adalah menjadikan keluarga hidup mengasihi Tuhan dengan segenap hati jiwa dan dengan segenap kekuatan yang terwujud melalui ketaatan dan komitmen.Amin. **
Share Postingan Ini...
Ringkasan Khotbah

Pendidikan untuk Hikmat Kehidupan

Diposkan pada

Pemb. Alkitab  :  Amsal 4 : 1 – 13

Menurut Perjanjian Lama, hikmat secara etimologi ada 3 akar kata dalam bahasa Ibrani yaitu : “Hokmah” (hikmat), bina (pengetahuan, dan tevuna (kebijakan). Semuanya menunjuk pada hal praktis, konkrit bukan sekedar teoritis. Hikmat adalah kepintaran mencapai hasil, menyusun rencana yang benar untuk memperoleh hasil yang dikehendaki. Pusat hikmat ialah hati sebagai pusat keputusan moral dan intelektual.

Menurut Paulus dalam Perjanjian Baru, konsep hikmat selalu dikaitkan dengan pemberitaan tentang Yesus. Karena itu ia mendefinisikan hikmat menurut I Korintus 1 dan 2 dalam terang salib kristologinya.

` Dalam Amsal pasal 4 ini terdapat imbauan yang sungguh-sungguh untuk mempelajari hikmat, yaitu tentang kesalehan sejati yang berasal dari didikan-didikan baik yang diberikan ayahnya kepadanya dan diperkuat dengan berbagai alasan yang tepat (ayat 1 – 13). Selain itu peringatan untuk menjauhi pergaulan buruk dan segala persengkokolan dengan pekerjaan kegelapan yang sia-sia (ayat 14 – 1 19), serta arahan khusus untuk memperoleh mempertahankan hikmat dan mengahasilkan buah-buah hikmat itu (ayat 10 – 27).

Melalui firman Tuhan ini kita diingatkan tentang tanggungjawab yang besar sebagai gereja untuk benar-benar dan sungguh menyadari tentang pendidikan sebagai bagain integral dari pelayanan kepada Tuhan dan sesama. Ia mengingatkan tentang hikmat yang indentik dengan pendidikan dan pengajaran, karena hikmat dapat diperoleh melalui itu semua. Tujuan hikmat adalah mendapatkan kecakapan intelektual dan kemampuan untuk menyusun rencana dan menetapkan keputusan etis dalam kehidupan diri sendiri maupun orang lain.

Melalui bulan pendidikan ini, kita diimbau untuk berpikir bersama, bergumul bersama dan mengambil tindakan bersama yang tepat untuk mencurahkan perthatian penuh pada upaya membangun kesadaran bersama betapa pentingnya pendididkan kkristen bagi kehidupan gereja dan bangsa. Jangan sampai kedepan sekolah-sekolah kriten GMIT hanya jadi “batu nisan” bagi masa depan gereja. Amin.

Share Postingan Ini...
Ringkasan Khotbah

Takut akan Tuhan Permulaan Pengetahuan

Diposkan pada

Pemb. Alkitab  :  Amsal 1 : 1 – 7

Amsal dari kata Ibrani masyal yang memiliki arti luas seperti peribahasa, misal, umpama, perumpamaan, ibarat dll. Ciri-ciri Amsal yaitu singkat, padat, mudah diingat, bertolak dari pengalaman nyata berisi nasehat atau mengungkapkan kebenaran umum tentang perilaku manusia serta memiliki tujuan yang praktis. Isinya kadang-kadang berlawanan atau bertentangan dengan kebenaran atau pendapat umum namun kenyataannya mengandung kebenaran. Amsal 1 : 1 – 7 berisikan tentang hikmat, tujuan hikmat dan sumber hikmat.

Kitab Amsal pasal 1 : 1-7 mengajarkan kita beberapa hal :

  1. Pendidikan itu penting dan merupakan suatu proses yang tidak pernah selesai. Orang yang bijak tidak pernah mersa puas ia selalu ingin belajar.
  2. Tuhan adalah sumber hikmat tertinggi dan benar. Penting bagi manusia untuk hidup untuk takut akan Tuhan sebab hidup yang takut akan Tuhan adalah pangkal akan pengetahuan. Kepandaian dan kemampuan yang ada pada manusia berasal dari Tuhan sumber hikmat. Siapapun yang datang memperoleh hikmat dari padaNya akan memiliki dan menjalani dengan hidup bijaksana, bermoral tinggi dan selaras dengan kehendakNya.
  3. Pendidikan dan pengajaran ilmu menurut paham iman kristen adalah tugas yang diterima dari Tuhan. Norma-norma untuk gereja dan keluarga-keluarga kristen menunaikan tugas tugas pendidikan baik secara formal (melalui pendirian sekolah-sekolah GMIT) maupun non formal (pendidikan dalam keluarga) adalah hormat akan Tuhan sebagai pangkal pegnetahuan.

Jadi takutlah akan Tuhan karena takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan.

Amin.

Share Postingan Ini...